Kisah As-Sakaki, Belajar Dari Air ( Pakar Ilmu Balaghah )

Pada suatu masa, hiduplah seorang pandai besi yang sangat terkenal. As-Sakaki, namanya. Apapun yang dibuat olehnya, selalu membuat orang terkagum-kagum dan rela mengeluarkan berapapun uang yang dimilikinya. Setiap hari, orang memenuhi rumahnya untuk minta dibuatkan sesuatu olehnya. Nama As-Sakaki seolah menjadi jaminan untuk tempaan besi yang bermutu. Hasil pekerjaannya dianggap sebagai karya seni yang bercita rasa tinggi.

Suatu hari, dia membuat sebuah tempat tinta mungil yang bertutup indah. Dia bermaksud memberikannya kepada seorang raja. Ketika hadiah itu diserahkan kepada raja, sang baginda sangat senang dan begitu mengagumi hasil karyanya itu. Kata-kata pujianpun terlontar dari mulutnya. As-Sakaki merasa sangat tersanjung. Hingga kemudian masuklah seorang lelaki yang hendak bertemu dengan raja, sementara As-Sakaki masih berada di ruangan itu. Demi melihat tamu tersebut, raja meletakkan hadiah pemberian As-Sakaki sekenanya.

Beliau bangkit dari singgasananya dan menyambut lelaki itu dengan penuh hormat. Dengan penuh hormat pula raja mempersilakannya duduk. Melihat itu, As-Sakaki bertanya siapakah gerangan lelaki itu dan dijawab oleh raja bahwa tamunya itu adalah seorang ulama. Assakaki berpikir dalam hatinya, betapa beruntungnya laki-laki itu. Seandainya dia seorang ulama, tentu lebih mudah ia memperoleh kemuliaan dan penghargaan yang selama ini sangat didambakannya. Seketika itu juga, Assakaki memutuskan untuk menjadi seorang ulama dan dia pun memilih meninggalkan pekerjaannya sebagai pandai besi. Assakaki kemudian mendatangi seorang guru dan mengutarakan maksudnya ingin berguru di padepokan guru tersebut. Sayangnya, Assakaki tidak memiliki latar pendidikan apapun, dia harus belajar dari tingkat dasar. Dia dimasukkan ke dalam kelas murid-murid yang berusia 7 hingga 10 tahun. Padahal dia sudah berumur diatas 30 tahun.

Pada suatu pelajaran, gurunya menjelaskan, "Syeikh berkata, kulit anjing itu menjadi suci dengan cara disamak." Namun ketika Assakaki diminta untuk mengulangi apa yang diucapkan oleh gurunya, dia malah mengatakan, " Anjing berkata, kulit Syeikh itu menjadi suci dengan cara disamak." Tentu saja, jawaban itu mengundang tawa teman-teman kecilnya.

Assakaki putus asa dan memutuskan untuk kembali menjadi tukang besi. Tapi diperjalanan, dia melihat sebuah batu karang yang keras. Tampaklah batu itu berlubang bekas tetesan air yang jatuh keatas batu karang itu. Dari apa yang dilihatnya itu, Assakaki mendapatkan pelajaran berharga . "Hatiku tidaklah keras dibandingkan batu karang ini, namun mengapa pula tidak bisa ditembus oleh ilmu dan pelajaran?

Assakaki pun kembali lagi ke sekolah dengan tekadnya yang bulat, sehingga Allah pun akhirnya membukakan baginya pintu-pintu ilmu pengetahuan. Dia kemudian dikenal sebagai tukang besi sekaligus ulama yang memiliki pengetahuan melebihi semua orang di zamannya. Semua itu didapatkan berkat pelajaran dari tetesan air di atas batu karang.

Beliau pakar balaghah
Sumber: Cerita Bijak Orang-Orang Saleh karya : Al-Syahid Murtadha Muthahhari
My Libraries

Jasa Design Website Aceh

My Libraries

Jasa Design Website Aceh

To Top