Delapan Kunci “Menjaga” Anak
Anak merupakan amanah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena
amanah, maka kelak Dia akan meminta pertanggungjawaban kepada kita atas
amanah tersebut. Jika anak-anak tumbuh menjadi shalih dan shalihah,
tentu akan membawa keuntungan dunia dan akhirat bagi orangtuanya.
Sebaliknya, jika orangtua lalai dalam mengajar dan mendidik,
keberadaannya akan membawa bencana dunia dan akhirat.
Ada apa yang salah dengan kita, para orangtua? Bukankah kita semua ini, adalah para sarjana dan orang-orang terdidik?
1. Akidah yang Benar
1. Akidah yang Benar
Sesungguhnya, agama kita (Islam) telah menetapkan banyak hal,
termasuk masalah pendidikan pada anak. Ini hal yang sangat penting. Jika
anak-anak memiliki akidah yang benar, maka itu lahan subur bagi
tumbuhnya kebaikan-kebaikan. Tidak ada kebaikan pada diri anak yang
akidahnya melenceng.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wahai anak, aku akan ajarkan padamu beberapa kalimat: Jagalah Allah
pasti engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau meminta, maka
mintalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa jika seluruh umat berkumpul
untuk menolongmu, mereka tidak bisa menolongmu dengan sesuatu kecuali
atas hal yang telah Allah takdirkan. Ketahuilah bahwa jika seluruh umat
berkumpul untuk mencelakaimu, mereka tidak bisa mencelakaimu dengan
sesuatu kecuali atas yang telah Allah takdirkan, pena-pena telah
diangkat dan catatan-catatan telah kering.” (Riwayat Ahmad dan Tirmidzi)
2. Memohon Pahala
2. Memohon Pahala
Rasulullah bersabda, “Jika seseorang menafkahkan hartanya kepada keluarganya dengan mengharap pahala, maka baginya adalah pahala sedekah.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Mas’ud)
3. Diingatkan Shalat
Shalat merupakan kewajiban paling utama seorang hamba terhadap Allah. Rasulullah menegaskan, “Perintahkan
anakmu untuk shalat saat usia tujuh tahun dan pukullah mereka (jika
meninggalkan shalat) saat usia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat
tidur mereka.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Hakim, Baihaqi, dan lain-lain)
4. Menuntun Berakhlak Baik dan Memperbaiki Kesalahan
Umar bin Abu Salamah Radhiyallahu ‘anhu saat masih kecil dalam asuhan Rasulullah, tangannya ke sana ke mari di atas makanan. Dia bersabda, “Wahai anak, bacalah ‘Bismillah’, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang dekat darimu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar bin Abu Salamah)
5. Memisahkan Tempat Tidur
Memasuki usia sepuluh tahun, pisahkanlah tempat tidurnya. Anak-anak
pada usia ini sudah terhitung dewasa dan mendekati masa baligh (puber),
gairahnya mulai muncul. Maka memisahkan tidur mereka akan mencegah
petaka yang tidak diinginkan. Rasulullah bersabda, “…pisahkanlah tempat tidur mereka.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim, Baihaqi, dan lain-lain)
6. Berlaku Adil
Tidak bijak bila membeda-bedakan anak dalam berinteraksi dan
menafkahi. Perlakuan pilih kasih kerap membawa permusuhan di antara
saudara. Hal itu merupakan bentuk kezhaliman terhadap anak.
Rasulullah bersabda, ”Aku tidak akan bersaksi atas suatu kejahatan, takutlah kamu kepada Allah dan berbuat adillah kepada anak-anakmu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Nu’man bin Basyir)
7. Lemah Lembut, Bermain, dan Mencium
Rasulullah tidak segan mengajak anak-anak untuk bermain, berlaku
lemah lembut, serta mendekati dan mencium mereka. Simaklah bagaimana
cara Rasulullah memanggil mereka, “Wahai anakku.”
8. Tegas Saat Diperlukan
Anak yang tidak pernah mendapat hukuman (saat diperlukan) akan
mempunyai tabiat yang kurang bagus. Hendaklah orangtua bisa menunjukkan
kepada anak-anak dan keluarganya bahwa dia adalah orang yang tegas dan
keras saat kondisi mengharuskan itu.
Rasulullah pernah bersabda, “…pukullah mereka (jika meninggalkan shalat) saat usia sepuluh tahun.” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi).
Juga, “Gantunglah cambuk di tempat yang bisa dilihat oleh anggota keluargamu, karena hal itu akan menjadi sebuah pelajaran.” (Riwayat Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad)
Selain yang terurai di atas, hendaknya para orangtua tampil menjadi
teladan bagi buah hatinya, lalu mengajari ilmu yang membawa kemanfaatan
dunia dan akhirat, serta tidak mendoakan yang buruk kepada mereka
(anak-anak). [Ali Athwa, berbagai sumber]
Sumber:Hidayatullah.com