Tiga Resep Obat yang Paling Banyak Disalahgunakan
Washington,
Penyalahgunaan obat-obatan hasil resep dokter untuk menangani masalah
non medis makin merebak. Fenomena itu terus meningkat tiap tahunnya
bahkan mengalahkan pemakaian kokain dan methamphetamine.
Kematian bintang pop Michael Jackson karena overdosis memunculkan perhatian para pakar kesehatan
mengenai peresepan obat yang sewenang-wenang. Tren penyalahgunaan obat
memang meningkat akhir-akhir ini, media internet pun dijadikan alat
transaksi obat secara ilegal.
Menurut laporan dari National Survey on
Drug Use and Health, satu dari lima remaja dan orang dewasa di Amerika
menggunakan obat-obatan hasil resep dokter untuk menangani masalah non
medis.
Para pakar kesehatan
menduga penggunaan obat sewenang-wenang diakibatkan karena kemudahan
akses untuk mendapatkan obat tersebut. Masyarakat juga lebih merasa aman
mengonsumsi obat resep dokter daripada obat jalanan.
Menurut Dr Wilson Compton, direktur
Division of Epidemiology, Services and Prevention Research di US
National Institute on Drug Abuse, ada tiga jenis obat resep yang sering
disalahgunakan yaitu:
1. Obat penghilang rasa nyeri
Contoh obat ini adalah codeine, oxycodone dan morfin untuk menghilangkan rasa sakit, trauma atau seseorang yang melakukan operasi.
Contoh obat ini adalah codeine, oxycodone dan morfin untuk menghilangkan rasa sakit, trauma atau seseorang yang melakukan operasi.
2. Obat sedatif (penenang)
Contohnya Valium, Librium dan Xanax yang banyak diresepkan sebagai obat penenang atau obat tidur.
Contohnya Valium, Librium dan Xanax yang banyak diresepkan sebagai obat penenang atau obat tidur.
3. Obat stimulan (perangsang)
Contohnya obat Ritalin, Adderall dan Dexedrine sebagai obat penurun berat badan atau membantu orang hiperaktif.
Contohnya obat Ritalin, Adderall dan Dexedrine sebagai obat penurun berat badan atau membantu orang hiperaktif.
“Diantara ketiga jenis obat tersebut,
obat penghilang rasa sakit adalah obat yang paling sering
disalahgunakan. Mereka biasanya mendapatkan obat-obatan tersebut dari
teman atau kolega yang mendapatkan obat tersebut dari dokter,” kata
Compton seperti dikutip dari Health24, Senin (4/1/2010).
Orang yang menyalahgunakan obat itu
biasanya berhasil meyakinkan dokter untuk menuliskan resep demi
mendapatkan obat-obatan yang mereka inginkan. Mereka juga bisa
mendapatkan resep obat tersebut dari situs farmasi di internet.
“Saat ini lebih mudah untuk mendapatkan
obat secara online daripada membeli heroin di jalanan secara
sembunyi-sembunyi,” ujar Compton.
The Ryan Haight Online Pharmacy Consumer
Protection Act, perusahaan yang menyediakan jasa penjualan obat secara
online setuju untuk membuat sistem penjualan obat online dengan lebih
ketat. Hal itu didasari oleh sejarah seorang remaja 17 tahun, Ryan
Haight yang meninggal dunia karena overdosis pada tahun 2001 karena
membeli obat secara online.
“Seharusnya setiap kali orang datang ke
bagian farmasi maka informasi resep dokter dimasukkan dalam database
sehingga bisa dijadikan alat untuk melacak penyalahgunaan obat,” tutur
Compton.
Nurul Ulfah – detikHealth