6 Cara Mencegah Pembobolan Rekening
Teknologi yang digunakan para penjahat cyber semakin lama juga semakin canggih. Tak ayal, pihak perbankan pun harus memiliki sistem keamanan yang kuat untuk menghadangnya.
Meski demikian, untuk terhindar dari
tindak kriminal ini juga diperlukan peran aktif nasabah. Simak 6 kiat
untuk menghalau aksi pembobolan rekening ini menurut M. Salahuddien,
Wakil Ketua Indonesia Security Incident Responses Team on Internet
Infrastructure (ID-SIRTII):
1. Gunakan hanya kartu chip,
kalau bank Anda belum memberikan kartu chip, Anda harus minta ganti
dan jangan menggunakan untuk transaksi sebelum diganti. Aturan Bank
Indonesia (BI) yang baru, sejak Januari 2010 kartu yang resmi dan boleh
digunakan hanya kartu jenis chip.
“Cuma saya belum konfirmasi apakah
aturan ini untuk kartu kredit saja atau juga untuk kartu atm?
Seharusnya semua kartu yang diterbitkan perbankan. kalau di luar
negeri, mesin ATM sudah tidak mau menerima kartu non-chip,” papar
Didin, panggilannya.
2. Lindungi kode 3 angka (CVV2) di belakang kartu Anda. Kecuali untuk otorisasi transaksi online, kode itu tidak akan pernah digunakan untuk transaksi konvensional di mesin ATM, atau di counter EDC merchant. Tutup 3 angka di belakang kartu itu dengan sticker, cellotape apa saja yang tidak transparan
2. Lindungi kode 3 angka (CVV2) di belakang kartu Anda. Kecuali untuk otorisasi transaksi online, kode itu tidak akan pernah digunakan untuk transaksi konvensional di mesin ATM, atau di counter EDC merchant. Tutup 3 angka di belakang kartu itu dengan sticker, cellotape apa saja yang tidak transparan
3. Ubah PIN Anda sesering mungkin.
Parameternya sederhana, ketika Anda cukur rambut, ganti kaos kaki
(karena mulai bau), atau ganti sikat gigi (karena sudah mulai kusut)
atau setiap kali cek angin ban kendaraan, itulah saatnya mengganti PIN
kartu ATM Anda. Misalnya di pom bensin, biasanya sekarang ada mesin
ATM, Anda bisa mengganti PIN ketika sedang transaksi pembelian BBM.
“Itu serius, musuh utama masalah
keamanan adalah behaviour manusia itu sendiri, kebiasaan, kelakuan,
sebagian besar pembobolan terjadi akibat dari eksploitasi terhadap
kelemahan sosial, makanya disebut social engineering,” tukasnya.
4. Jangan pernah memberikan informasi pin dan data pribadi yang biasa digunakan untuk otorisasi perbankan kepada siapapun dengan alasan apapun termasuk pada customer service bank, seperti misalnya nama gadis ibu kandung dan lainnya. Kecuali memang yakin bahwa itu prosedur yang harus dilalui. Sebab sekarang banyak sekali pihak ketiga (misalnya perusahaan asuransi) dengan alasan kerja sama dengan pihak bank penerbit kartu, menawarkan produknya secara telemarketing dan Anda diminta memberikan informasi pribadi ini.
4. Jangan pernah memberikan informasi pin dan data pribadi yang biasa digunakan untuk otorisasi perbankan kepada siapapun dengan alasan apapun termasuk pada customer service bank, seperti misalnya nama gadis ibu kandung dan lainnya. Kecuali memang yakin bahwa itu prosedur yang harus dilalui. Sebab sekarang banyak sekali pihak ketiga (misalnya perusahaan asuransi) dengan alasan kerja sama dengan pihak bank penerbit kartu, menawarkan produknya secara telemarketing dan Anda diminta memberikan informasi pribadi ini.
“Sialnya apabila ternyata itu bukan dari
telemarketing tetapi dari sindikat pelaku fraud, Anda tidak pernah
tahu dan tidak bisa melakukan kros cek dalam situasi ini,” lanjut
Didin.
5. Berhati-hati apabila menerima tawaran dari telemarketing seperti itu, karena biasanya persetujuan yang anda berikan akan diterjemahkan sebagai kesediaan untuk melakukan auto ebet terhadap account anda. Ini berbahaya, lebih baik bila kurang yakin, Anda meminta waktu untuk melakukan konfirmasi kepada bank penerbit apakah benar pihak bank punya kerjasama dengan pihak telemarketing tersebut dan bagaimana aturan main serta risikonya.
5. Berhati-hati apabila menerima tawaran dari telemarketing seperti itu, karena biasanya persetujuan yang anda berikan akan diterjemahkan sebagai kesediaan untuk melakukan auto ebet terhadap account anda. Ini berbahaya, lebih baik bila kurang yakin, Anda meminta waktu untuk melakukan konfirmasi kepada bank penerbit apakah benar pihak bank punya kerjasama dengan pihak telemarketing tersebut dan bagaimana aturan main serta risikonya.
“Atau sekalian saja Anda selalu menolak
tawaran itu atau cukup tahu nama produk dan siapa penyelenggaranya
selanjutnya sebenarnya Anda sendiri bila tertarik bisa insiatif jadi
yang balik menghubungi penyelenggara jasa itu dan meminta untuk
dilayani. Cara ini lebih aman, walau membutuhkan partisipasi aktif
Anda,” kata Didin.
6. Awasi terus keberadaan kartu Anda ketika berada di counter merchant, jangan biarkan kartu itu dibawa kemana-mana dan digesek ke mesin yang berbeda berkali-kali. Lebih baik Anda membatalkan transaksi dan tidak usah menandatangani apapun dan laporkan ke bank penerbit apabila curiga dengan kondisi di suatu counter merchant.
6. Awasi terus keberadaan kartu Anda ketika berada di counter merchant, jangan biarkan kartu itu dibawa kemana-mana dan digesek ke mesin yang berbeda berkali-kali. Lebih baik Anda membatalkan transaksi dan tidak usah menandatangani apapun dan laporkan ke bank penerbit apabila curiga dengan kondisi di suatu counter merchant.
Awasi juga kondisi mesin EDC, apakah
nampak ada perangkat tambahan atau sambungan kabel tambahan yang
mencurigakan. Tapi ini perlu pemahaman teknis, pengguna awam biasanya
tentu akan sulit membedakan.
Kita mesti ingat, begitu kita gesek
kartu itu, maka semua informasi penting akan tercatat oleh mesin EDC
dan sebagian bahkan di print out. Seperti nama, nomor kartu dan tanggal masa berlaku (kadang kala tanggal mulai menggunakan).
Seseorang tidak perlu punya ingatan
super untuk menghapal deretan kode angka yang tertera di kartu. Kalau
Anda lengah cukup banyak waktu bisa digunakan pelaku untuk mencatat
informasi itu (thrasing). Bahkan mereka bisa saling kerja sama
misalnya berdua, satu orang sengaja mengalihkan perhatian Anda dan
satunya yang membawa kartu mencatat atau bahkan menggesekkan kartu anda
ke mesin skimming yang tidak terlihat
Sumber: DetikiNET