Apakah Betul Umar bin Abdul Aziz Menghabisi Kemiskinan ?

Dalam rentang waktu yang sangat pendek, Umar bin Abdul Aziz berhasil merobah dunia menjadi seperti “sorga“. Hanya dalam tempo lebih kurang 2,5 tahun tidak ada orang miskin yang mau menerima harta zakat. Kemakmuran itu tidak hanya dirasakan oleh rakyat yang tinggal berdekatan dengan ibu kota negara Islam waktu itu, yaitu Damaskus, tapi sampai ke ujung-ujung dan pelosok Afrika. Kesejahteraan itu juga tidak hanya dinikmati oleh penduduk muslim, tapi juga dirasakan oleh non muslim.

Timbul pertanyaan, apakah betul seluruh penduduk waktu itu sudah kaya?

Untuk menjawab pertanyaan itu, kita bisa menganalisa jawabannya dari kenyataan hidup hari ini. Begini, andaikan Gayus yang sudah punya kekayaan sebanyak itu, atau tidak usah tanggung-tanggung, apabila Abu Rizal Bakri yang katanya orang terkaya di tanah air diberi uang sebanyak 10 milyar, kira-kira dia mau menerima atau tidak ? Atau anda yang sudah memiliki kekayaan sampai memikul kewajiban untuk berzakat, bila diberi uang 10 juta, mau menerima atau menolak ? Kalau saya pribadi menjawab dengan jujur “saya ambil dan terima”.

Lalu apa sebenarnya yang sudah dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz dan apa yang sudah terjadi pada diri rakyatnya ?

Kalau kita renungkan, sebenarnya Umar bin Abdul Aziz bukan menjadikan seluruh rakyatnya kaya raya dan mewah. Karena buktinya orang kaya pun kalau diberi uang banyak akan menerima pemberian itu, bahkan minta tambah. Jadi sebenarnya yang berhasil dilakukan oleh Umar bin Abdul Aziz adalah membunuh rasa kemiskinan dan menyuburkan rasa qana’ah dalam pribadi-pribadi rakyatnya. Dengan ke-qana’ahan itu mereka merasa cukup dengan yang dimiliki dan merasa punya harga diri untuk tidak menadahkan tangan.

Kenapa tidak, karena Umar bin Abdul Aziz selaku pimpinan tertinggi dunia waktu itu yang mencontohkan langsung sifat qana’ah, wara’ dan iffah. Sekat-sekat, iri dan dengki tentu tidak menggerogoti jiwa-jiwa rakyatnya. Sebab pemimpin mereka yang paling mungkin untuk hidup serba mewah dan berfoya-foya justru memilih hidup sangat sederhana, bahkan lebih sederhana dari kehidupan rakyatnya yang kelas bawah. Kecemburuan sosial itu betul-betul terkikis habis, bahkan rakyatnya malu untuk menuntut lebih. Justru rakyat yang kasihan melihat kehidupan pemimpinnya yang sederhana. Berkali-kali ajudan beliau mengatakan, “semua rakyat sudah hidup senang, tinggal anda dan saya yang hidup dalam keadaan sengsara”. Namun itulah pilihan hidup beliau, tugasnya adalah membahagiakan seluruh orang, sehingga mereka tenang memikirkan kehidupan akhiratnya. Jangan sampai gara-gara memikirkan perut, rakyat tidak sempat memikirkan akhirat. Sementara untuk beliau sendiri cukuplah kesenangan dan kemewahan itu di akhirat saja.

Karena pemimpinnya sibuk memikirkan kebahagiaan rakyatnya, rakyat pun percaya kepada pemimpinnya. Tanpa mengenal lelah Umar berusaha dan berdo’a untuk kebahagiaan rakyatnya, rakyat pun menyambut sesuai dengan apa yang diinginkan pemimpinnya. Gunjingan ibu-ibu yang biasanya menceritakan hal duniawi berobah menjadi, si Fulanah tahajjudnya tidak ketinggalan, anak si fulan sudah hafal quran, si anu melakukan kebaikan ini dan itu. Yang jadi bahan untuk ngerumpi hanya kompetisi dalam taqwa dan kebaikan. Maka tidak heran dunia bisa disulap jadi “sorga mini”.

Masa seperti itu akan muncul lagi di bumi ini sebelum terjadi qiyamat, seperti yang dijanjikan oleh Rasulullah. Tapi dia tidak akan muncul begitu saja dengan sim salabim abra kadabra, namun diusahakan dengan kerja keras. Pastikan apakah saya, anda dan kita semua punya andil dalam mewujudkan cita-cita itu. 
My Libraries

Jasa Design Website Aceh

My Libraries

Jasa Design Website Aceh

To Top